Nabi Samuel Ternyata Ada dalam Al-Qur'an

Setelah sebelumnya membahas Nabi Daniel 'alayhissalam, kali ini iluvtari mengupas sedikit informasi tentang Nabi Samuel dalam Al-Qur'an, yang keduanya sama-sama kurang populer di kalangan muslim. Bahkan jika dilihat dari namanya, mungkin banyak yang menyangka bahwa Nabi Samuel bukanlah nabi dari kalangan kaum muslimin. Padahal setiap nabi yang diutus Allah semuanya beragama Islam, hanya syariatnya yang berbeda. 

Setelah Rasulullah shalallahu 'alayhi wasallam diutus, bersama dengan turunnya Al-Qur'an, maka sempurnalah sudah syariat tersebut. Tidak ada nabi maupun rasul lagi setelah Nabi Muhammad saw. 

nabi samuel dalam alquran

Kelahiran Nabi Samuel menurut Islam

Nabi Samuel 'alayhissalam diutus untuk Bani Israil. Beliau merupakan keturunan Bani Israil dari Suku Lewi, suku yang biasanya dipilih Allah untuk melahirkan para nabi. Seperti sudah diketahui, Bani Israil berarti anak keturunan Israil (nama lain Nabi Ya'qub 'alayhissalam). Suku Lewi adalah satu dari 12 suku yang berasal dari 12 orang anak Nabi Ya'qub as.

Dikisahkan bahwa sejak Nabi Musa 'alayhissalam wafat, Bani Israil banyak melakukan maksiat. Jangankan setelah wafat, bahkan ketika Nabi Musa as masih hidup pun mereka sudah banyak tingkah. Dan ketika ditinggal selama 40 hari untuk Nabi Musa as bertemu Allah di Gunung Sinai (Bukit Tursina), mereka telah menjadikan patung sapi sebagai Tuhan, dan mengabaikan peringatan Nabi Harun as yang "menjaga" mereka sepeninggal Nabi Musa as yang hanya beberapa hari itu. 

Akibat pembangkangan yang banyak mereka lakukan, Allah mengabaikan mereka dari berbagai permasalahan. Bani Israil yang biasanya hidup sejahtera, tak pernah dikalahkan musuh, pada akhirnya menjadi bangsa yang tertindas.

Dalam keadaan sulit inilah mereka baru mengingat Allah dan berharap ada nabi yang bisa memintakan pertolongan pada Allah, sebagaimana nabi-nabi yang dulu pernah ada di antara mereka—yang sebagian besar mereka bunuh karena ajarannya menyelisihi hawa nafsu mereka.

Kala itu suku Lewi hanya tersisa seorang perempuan hamil yang suaminya telah meninggal dunia. Perempuan bernama Hubla (versi Yahudi dan Nasrani: Hana) itu lalu dijaga dengan baik oleh mereka. Hubla sendiri lalu berdoa kepada Allah agar dikaruniai anak laki-laki (karena nabi tidak ada yang perempuan). Maka ketika anak itu lahir, Hubla memberinya nama Sham'un atau Shamu'il alias Samuel yang artinya Allah mendengar permohonanku. Setelah usianya cukup, Samuel kemudian mendapat risalah kenabian, yakni menyampaikan ajaran tauhid kepada Bani Israil. 

Nabi Samuel dalam Al-Qur'an

Kisah Nabi Samuel dalam Alkitab mungkin berbeda dengan yang ada di Al-Qur'an. Tapi apa urusannya, sebagai muslim tentu kita lebih mengimani apa yang ada dalam kitab suci kita sendiri.

Sebagaimana yang telah direncanakan, Bani Israil kemudian meminta Nabi Samuel as agar memilih pemimpin di antara mereka untuk memerangi Bangsa Amaliqah (sebagian sumber menyebut Balthata) yang selama ini menjajah mereka.

Karena telah paham tabiat Bani Israil, Nabi Samuel as tidak begitu saja memenuhi keinginan mereka. Beliau tau Bani Israil adalah kaum yang tak suka berjuang, namun para pembesar kaum itu meyakinkan Nabi Samuel as bahwa mereka benar-benar akan berperang melawan musuh kali ini.

nabi samuel menurut islam

Para ulama sepakat bahwa "seorang nabi mereka" dalam ayat di atas adalah Nabi Samuel as. Dan ketika sang nabi menunjuk Thalut sebagai raja bagi Bani Israil (belum lagi berperang), mereka sudah keberatan.

Yang biasanya menjadi nabi dari kalangan Bani Israil adalah keturunan Lawi atau Lewi, yang biasa menjadi raja adalah keturunan Yahuza. Sementara Thalut adalah keturunan Bunyamin. Tapi bukan itu yang menjadi alasan penolakan mereka, melainkan karena Thalut hanyalah penggembala miskin. Orang-orang Yahudi tak sudi dipimpin oleh orang yang tidak lebih kaya dari mereka.

tabut menurut alquran


Tabut Perjanjian

Sebagai seorang nabi, tentu saja penunjukan Thalut sebagai raja adalah atas wahyu dari Allah. Bukti bahwa Thalut yang berasal dari Bani Israil miskin merupakan pemimpin pilihan Allah adalah didatangkannya Tabut yang dibawa oleh malaikat pada mereka. Padahal sebelumnya tabut itu telah dirampas oleh bangsa yang menindas Bani Israil.

Barangkali inilah mukjizat Nabi Samuel, sebab Tabut yang dirampas dalam peperangan bisa didatangkan begitu saja di hadapan Bani Israil. Sementara Thalut sendiri datang ke rumah Nabi Samuel karena mencari ternaknya yang hilang, dan Allah telah menyampaikan ciri-ciri Raja Bani Israil pada Nabi Samuel, yang membuat beliau langsung mengenali Thalut.

Apa itu Tabut? Tabut adalah kotak berisi lauh, yakni kepingan batu bertuliskan kitab Taurat yang diterima Nabi Musa as setelah bermunajat di Gunung Sinai. Ketika Nabi Musa as mendapati kaumnya menyembah patung sapi buatan Samiri, beliau marah dan melempar lauh itu. Sebab tujuannya ke Bukit Tursina adalah untuk menerima kitab yang nantinya dapat menjadi pedoman bagi Bani Israil dalam menjalani kehidupan. Dibela-belain malah kufur, siapa tak emosi?

nabi samuel

Setelah marahnya reda, lauh itu dikumpulkan kembali oleh Nabi Musa as dan disimpan ke dalam Tabut. Nantinya, alih-alih 10 perintah Allah dalam lauh itu dilaksanakan, Bani Israil malah membawa Tabut ke mana saja mereka pergi, terutama dalam setiap peperangan. Menganggap dengan begitu mereka akan menang.

Maka ketika Tabut dirampas oleh musuh, hampir tidak ada di antara mereka yang hafal isi Taurat. Berbeda dengan Al-Qur'an, yang jika dibakar oleh musuh-musuh Allah (seperti yang kerap terjadi sekarang) masih banyak yang menghafalnya di seluruh dunia.

Kalau kamu suka membawa-bawa Al-Qur'an atau buku Yasin ke mana-mana seolah itu adalah jimat (hanya dibawa tidak dibaca), kamu boleh mengingat-ingat kelakuan orang-orang Yahudi ini terhadap Tabut yang ditinggalkan Nabi Musa as.

Selain Nabi Samuel dalam Al-Qur'an, kisah tentang Thalut dan Tabut juga termaktub di dalam kita suci umat Islam itu (QS 2: 250-252). Jadi jika kamu mendapati kisah versi lain dari referensi di luar ilmu keislaman, sebagai muslim kita wajib meyakini apa yang ada di dalam Al-Qur'an

Tabut, yang sering disebut Tabut Perjanjian (Ark of the Covenant) memiliki banyak kisah yang umumnya dikesankan berlebihan. Dari dianggap memiliki kekuatan sihir, hingga diberitakan "Tabut Perjanjian ditemukan" di zaman modern ini. Gambar Tabut yang beredar di internet cenderung tidak berasal dari literatur Islam, terutama gambaran patung "malaikat" yang sangat tidak lazim dalam kebiasaan nabi-nabi kita yang menghindari "berhala" dan sejenisnya. Jika kamu begitu penasaran detail mengenai Tabut Perjanjian menurut Islam, sila lihat tafsir dari QS 2: 248

Lalu di mana Tabut sekarang? Allahua'lam. Tapi jika disimak dari perjalanannya, Tabut hilang ketika Bani Israil banyak melakukan kezaliman dan kafir pada Allah. Kemudian Allah kembalikan pada mereka ketika mereka berjanji akan berjihad bersama raja mereka. Maka kesimpulannya ...?

Nabi Samuel, Thalut, Nabi Daud, dan Nabi Sulaiman

Ada yang menyandingkan nama Nabi Samuel dan Nabi Sulaiman. Mungkin karena kesamaan beberapa huruf, ada yang mengira mereka adalah orang yang sama. Jelas bukan.

Di bawah kepemimpinan Thalut, Bani Israil kemudian memerangi musuh yang dipimpin oleh Jalut. Jalut merupakan raja berperawakan raksasa, ia suka membantai dan bertahun-tahun telah menindas Bani Israil.

Di antara pasukan Thalut, ada seorang anak kecil yang ikut berperang, namanya Daud. Dengan ketapelnya, Daud-lah yang kemudian membunuh Jalut dalam duel satu lawan satu. Setelah dewasa, Daud diangkat Allah sebagai nabi sekaligus raja. Ketika Nabi Daud 'alayhissalam meninggal dunia, ia digantikan oleh anaknya, Nabi Sulaiman 'alayhissalam. Itulah hubungan sejarah antara Nabi Samuel as dan Nabi Sulaiman as.

Sebelum memulai perjalanan ke medan perang, Thalut mengingatkan pasukannya bahwa mereka akan diuji ketika melewati sebuah sungai. Thalut berpesan, saat bertemu sungai itu hendaklah mereka menciduk air secukupnya saja dengan tangan, jangan berlebihan. Namun apa yang dilakukan sebagian besar pasukannya? Mereka minum air sungai itu sepuasnya, bahkan mandi! Yang itu membuat mereka malas untuk melanjutkan perjalanan. Alhasil, pasukan Thalut yang semula berjumlah sekira 70 ribu orang hanya tersisa 4 ribu saja. Meski demikian, sesuai janji-Nya, Allah memenangkan Bani Israil atas Bangsa Amaliqah.

Makam Nabi Samuel

Jika ditelusuri saat ini, tempat di mana Nabi Samuel hidup adalah sebuah desa di wilayah Al-Quds bagian utara. Lokasinya diapit permukiman Yahudi (sederhananya, Yahudi adalah bagian dari Bani Israil yang menentang ajaran nabi-nabi). Per 2022, di tengah desa tersebut masih berdiri sebuah masjid dan pemakaman yang diyakini sebagai makam Nabi Samuel. Entah besok atau beberapa tahun ke depan, sebab wilayah Tepi Barat itu sekarang dikuasai Israel.

Begitulah sedikit kisah mengenai Nabi Samuel dalam Al-Qur'an. Beliau tidak tergolong nabi yang disebutkan secara gamblang namanya oleh Allah, namun berkat keilmuan para ulama yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah, maka kita dapat mengenal beliau. Semoga artikel ini bermanfaat, jangan lupa dibagikan, ya! 

1 comment