Contoh Cerpen Unik Singkat

Yes, posting cerpen lagi! Kali ini kuposting contoh cerpen unik yang singkat dan (semoga menarik). Kuklaim unik karena rasanya belum banyak yang menulis cerpen serupa ini. Dikatakan singkat, karena tak sampai seribu kata. Hitung aja kalau gak percaya!

Untuk selanjutnya kayaknya penerimaan cerpen di iluvtari dibuka lagi aja kali, ya. Dengan syarat melampirkan surat pernyataan orisinal. Gimana?

Cerpen Unik Singkat

contoh cerpen unik

“Ini bukan air comberan!” seru Pak Ujang, ia masih mengendus-endus tetesan hitam di tangannya.

“Betul, bukan comberan. Ini lebih parah baunya, busuk!” Husni membenarkan. Jangankan lidah, hidungnya saja menjauh dari hitam pekat cair di telapak tangannya.

Semua orang larut dalam keterkejutan yang tak biasa. Kampung kecil itu tiba-tiba digenangi air hitam pekat yang tidak diketahui dari mana asalnya. Air semata kaki memenuhi lubang-lubang tanah, tidak terserap seperti air biasanya. Air itu juga melunturkan hitamnya kepada siapa, bukan apa yang mengenainya.

Seorang tetua kampung kemudian ambil suara, memberi titah tanpa dipinta. “Kita semua wajib mencari tahu dari mana asal air ini. Kalian semua pergilah ikuti sejauh mana air ini masih dapat terlihat. Aku pun akan berlaku demikian.”

Semua mematuhi seruan Tetua Kampung, tanpa ada kata sepakat, hanya anggukan penuh pemakluman. Tak terkecuali Husni, ia menuju arah yang paling tidak diminati orang lain. Jauh ke tenggara.

Berhari-hari Husni mengikuti air yang masih saja membasahi kakinya. Ia tak berencana kembali ke rumah, tebaknya, rumah miliknya dan para tetangga pastilah sudah penuh dengan aroma busuk saat Husni kembali. Belum lagi hitam pekat yang tak bisa hilang dari bagian tubuh yang mengenai air itu. Selain rasa penasaran, niat untuk mengungsi sudah ada dalam kepalanya. 

Dalam perjalanan, Husni menghitung-hitung keanehan yang kerap terjadi di kampungnya. Air hitam pekat berbau busuk adalah keanehan paling ajaib, menyusul kejadian-kejadian sebelumnya yang tak masuk akal kemanusiaan, tapi dianggap wajar saja dilakukan manusia mana pun.
Dua tahun silam, kampung Husni dikagetkan dengan dibongkarnya sebuah kuburan—yang belakangan diketahui ternyata dilakukan oleh keluarga si mati. Lebih heboh lagi, karena ibu jari mayat itu tak utuh ketika penguburan kembali dilakukan. Menurut cerita si pembongkar kubur, ketika hidup almarhum berpesan pada ahli warisnya agar tidak melepas cincin emas yang ada di jempolnya meskipun ia telah wafat. 

Amanah dipenuhi, tapi selepas kematiannya, ternyata keluarga diwarisi tagihan dari para kenalan almarhum yang tak peduli bahwa pemilik utang telah meninggal dunia. Maka karena almarhum tidak mewarisi apa-apa kecuali utangnya, ahli waris terpaksa membongkar kubur dan mengambil cincin di jempol mayat. Keterpaksaan lainnya, karena diameter cincin sebenarnya lebih kecil dari lingkar jempol pemiliknya, maka jempol mati itu dibawa serta.

Karena serbaterpaksa, keluarga pembongkar kubur tidak ditahan polisi, disuruh meminta maaf saja pada jenazah. 

Keanehan tidak berhenti. Sejak kejadian itu, orang-orang yang menagih utang tiba-tiba lenyap tak tahu rimbanya. Dari saling tebak antarwarga, diputuskan bahwa mereka hilang karena tak berprikemanusiaan, menagih utang kepada orang miskin yang bahkan sudah mati.

Belum dingin cerita jenazah, kantor desa didatangi aparat. Para pimpinan kampung—bukan tetuanya, dibawa pergi. Ternyata, mereka yang berjumlah enam orang dinyatakan bersalah menyikat raskin. Selang dua pekan setelah kedatangan pertama, aparat datang kembali ke kantor desa, hendak menjemput keenamnya, padahal sejak dua pekan lalu mereka tak pernah kembali. Tak ada warga yang mencari, sudah untung keluarganya tak diusir dari kampung.

Husni membolak-balik memori. Masih banyak lagi kumpulan cerita aneh karangan kampungnya. Sembari terus mengikuti genangan air yang luas, Husni mencabut satu cerita.

Ini berkenaan dengan kehidupan Husni sendiri. Setahun lalu ia mengalami kecelakaan, sebuah ambulans menabrak motor yang ia kendarai. Husni terpental jauh, motornya ringsek, tubuhnya penuh luka. Sopir  ambulans itu tidak menghentikan mobilnya, apatah lagi turun untuk menolong. 

Husni mengerang di semak tempat ia mendarat. Ambulans itu ia kenal dengan pasti, karena setiap hari parkir di samping rumahnya, di sebelah dinding kamar tidurnya. 

Di belakang setir, bapak Husni menyeka keringat. Persetan dengan istri yang kecantikannya telah luntur dimakan usia. Di samping laki-laki tua itu, seorang wanita muda penuh pesona menjanjikan kehidupan baru yang penuh gairah. Istrinya yang semula rela dipoligami berubah pikiran akibat bisikan sang anak. Ia harus memilih. Dan pelampiasan itu adalah jawabannya.

Husni tahu, kelak ambulans itu tak akan lagi diparkir di sebelah kamarnya. Ia mengasihani bapak tercinta, yang termakan racun cinta palsu seorang pramuria.

Jelas tak aneh jika bapak Husni tak pernah kembali. Yang mengherankan, perempuan muda penuh pesona yang melenyapkan bapak Husni bersama ambulansnya itu, justru mencari pacar tuanya ke kampung Husni. Tidak ada warga yang mengusirnya, pun ibu Husni. Mereka telah meyakini, dua sejoli itu tak lama lagi akan hilang selamanya, seperti semua pendosa di dua tahun terakhir cerita tanah kampung mereka.

Husni beristirahat sejenak, ia duduk di atas gundukan tanah, menghindari genangan air hitam yang ternyata semakin meninggi dengan aroma makin menyengat. Dalam rehatnya, sayup-sayup Husni mendengar gemericik air ditingkahi celoteh beberapa orang. Ada pula gumam, deham, batuk, dan tawa kecil ataupun gelak membahana.

Husni urung beristirahat, ia tuju arah suara yang makin jelas. Hingga di ujung pandangannya, terbentang sungai luas yang menghitam. Pekatnya sama persis dengan yang menggenangi  kampungnya.

Sambil mempercepat langkah, Husni menyapu pandangan. Ia mencari asal suara. Makin dekat Husni ke sungai, makin jelas terdengar suara manusia. Dan ketika Husni menempelkan daun telinganya ke air sungai, suara-suara itu menjadi sangat nyata.

Maka tanpa menunggu titah siapa pun, Husni menceburkan diri ke dalam sungai. Hitam pekat, tak terlihat apa-apa. Makin ke dalam, sedikit demi sedikit kepekatan berkurang.

Husni sudah kebal dengan keanehan. Tidak ada keajaiban yang lebih ajaib dari kampungnya. Di dalam sungai, ia lihat bapaknya bersama seorang wanita muda. Ada juga sekelompok penagih utang yang memegangi jempol bercincin emas, gerombolan pejabat desa memanggul raskin, dan lain-lain orang dengan kasus mereka. 

Husni mendekati salah seorang yang ia kenali sebagai tetangganya, dulu sebelum menghilang dari kampung. “Kenapa kalian berada di sini?” tanyanya.

Orang itu tertawa pelan, seperti kegelian. “Kami sedang mencuci dosa,” jawabnya cekikikan.

“Airnya meluap hingga kampung,” Husni protes.

“Memang begitu.”

“Kenapa begitu?”

“Karena setiap hari makin banyak orang kemari. Lihat!” tetangga Husni mengarahkan telunjuknya ke atas. Puluhan orang berenang mendekati mereka.

Husni terhenyak.

“Kau kenapa di sini?” tetangga Husni balik bertanya.

Tak ada jawaban.

Lalu terdengar suara, “Selamat datang!” disambung tawa dan tepuk tangan.

Terasa ada yang bergerak di atasnya, Husni mendongak. Tetua kampung baru saja nyebur, disusul Pak Ujang, ibunya, dan para warga kampung. 

Sepuluh menit kemudian, para artis berenang-renang di atas kepala Husni. Lalu pejabat negara, wakil rakyat, bahkan para ustaz. Kemudian semuanya berbaris rapi tanpa diminta. Mereka akan menyambut sang presiden, yang dipastikan juga akan menceburkan diri.

Contoh cerpen unik di atas bisa kamu buat versi lainnya. Sering-sering mampir ke iluvtari untuk lihat info terkait penerimaan cerpen, terutama di artikel yang ini. Sepertinya dalam waktu dekat insyaallah iluvtari akan kembali menerima kiriman cerpen dari pembaca.

No comments