Haditsul Ifki, Fitnah Kaum Munafik dan Buzzer Jahiliyah

Assalamu’alaykum, Gengs! Kenal Aisyah binti Abu Bakar, kan? Istri ketiga Nabi Muhammad dan adik dari Asma’ binti Abu Bakar. Aku mau berbagi kisah tentang haditsul ifki, yakni kejadian yang menimpa Aisyah, sang ummahatul mukminin alias ibunya orang-orang beriman ini.

Haditsul ifki atau disebut juga hadis ifki berarti perkataan/kisah dusta. Peristiwa ini menjadi asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat ke-11 sampai 20 dari surah An-Nur dalam Al-Qur’an. Beberapa ayat lain dalam surah An-Nur juga masih berkaitan dengan kejadian besar tersebut.

haditsul ifki

Peristiwa Haditsul Ifki

Haditsul ifki adalah kisah dusta yang disebarkan kaum munafik untuk memfitnah Aisyah binti Abu Bakar dan Shafwan bin Al-Mu’atthal As-Sulami. Berikut kisahnya, Temans!

Dalam perang Muraisi’, Aisyah radhiyallahu ‘anha mendapat giliran untuk menyertai Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam. Dalam perjalanan pulang ke Madinah, rombongan Nabi berhenti di suatu tempat, yang Aisyah kemudian turun dari sekedupnya.

Sekedup adalah semacam tandu yang diletakkan di punggung unta. Ketika Aisyah kembali, ia menyadari telah kehilangan kalungnya, sehingga Aisyah keluar lagi dari sekedup untuk mencari. Saat kembali ke sekedup untuk kedua kalinya, ternyata rombongan Nabi sudah berangkat, dan Aisyah tertinggal.

Kok bisa? Ya bisa, karena para sahabat Nabi sangat menjaga pandangan, mereka nggak larak lirik melihat istri orang. Dan yang paling utama, berat badan Aisyah tergolong ringan, sehingga yang mengangkat sekedup ke punggung unta nggak nyadar kalau Aisyah belum masuk.

Aisyah memilih menunggu di tempat ia tertinggal, berharap rombongan Nabi menyadari, sehingga tak kesulitan mencarinya. Ada versi yang mengatakan bahwa Shafwan bin Al-Mu’atthal “kebetulan” lewat, tapi aku pernah mendengar/membaca bahwa dalam pasukan perang biasanya memang ada satu dua orang yang sengaja terpisah di belakang sebagai “pasukan sapu”, tugasnya mengambil barang-barang yang tak sengaja tertinggal. 

Shafwan bin Al-Mu’atthal pernah melihat Aisyah sebelum perintah hijab turun, sehingga ia mengenalinya. Melihat Aisyah tertinggal, ia hanya mengucapkan satu kalimat, inna lillahi wa inna ilayhi roji’un. Setelah itu Shafwan merendahkan untanya agar Aisyah bisa naik, kemudian membimbing hewan itu sampai ke Madinah dengan berjalan kaki tanpa berkata-kata lagi, bahkan tanpa menoleh.

Adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, gembongnya munafik di Madinah, yang menambah-nambahkan cerita dan menyebarkan versinya sendiri ke kalangan kaum muslimin. Kalau zaman itu sudah ada buzzer, barangkali Misthah bin Utsatsah, Hassan bin Tsabit, dan Hamnah binti Jahsy adalah para buzzer laknat itu.

Merekalah orang yang menyebarkan berita bohong pada peristiwa haditsul ifki, berdasarkan yang mereka dapat dari Abdullah bin Ubay. Btw jangan ketuker ya, Gengs! Abdullah bin Ubay gak sama dengan Ubay bin Ka’ab. Sama-sama ada ubaynya, tapi tingkah mereka beda jauh.

Abdullah bin Ubay adalah tokoh munafik Madinah yang jengkel setengah mati pada Nabi, karena dia gagal jadi penguasa Madinah. Sebab pada detik-detik dia akan jadi orang nomor satu di Madinah, Rasulullah datang. Masa itu Islam sudah kuat, jadi Abdullah bin Ubay cari aman saja dengan berpura-pura ikut menjadi muslim.

Sedangkan Ubay bin Ka’ab adalah salah seorang penulis wahyu yang Allah menyebut namanya kepada Nabi saw agar menuliskan Al-Qur’an. Ubay bin Ka’ab adalah kaum Anshar dari suku Khazraj.

Pembelaan Allah terhadap Aisyah

Aisyah tidak tau bahwa telah beredar gosip tentang dirinya dan Shafwan bin Al-Mu’atthal yang difitnah telah berzina. Beberapa hari setelah pulang dari peperangan, ia sakit dan meminta izin pada Nabi agar bisa tinggal bersama orang tuanya dulu. 

Ada pula versi lain yang menyebutkan bahwa Rasulullah-lah yang berinisiatif mengantar Aisyah ke rumah Abu Bakar. Versi mana pun, yang jelas Nabi tidak termakan fitnah kaum munafik. Beliau hanya sedih mendengar berita itu, apalagi sebagian sahabatnya pun ada yang terpengaruh haditsul ifki karangan Abdullah bin Ubay.

Fitnah itu sampai ke telinga Aisyah ketika ia sudah berada di rumah orang tuanya. Dan bedalah kelasnya dengan ughtie kekinian, gak ada ceritanya Aisyah keluar ngamuk-ngamuk. Beliau mengadu pada Allah, menangis mohon pertolongan tapi gak pede wahyu akan turun karena dirinya.

Itulah salah satu praktik khauf dan roja’ yang dicontohkan shahabiyah, takut gak pantas tapi berharap dikabulkan. Gak kepedean tapi gak pesimis juga. Tengah-tengah. 

Maka kemudian, Allah sendirilah yang membersihkan nama Aisyah dan Shafwan lewat wahyu yang Ia turunkan, yaitu surah An-Nur ayat 11-20.

haditsul ifki

Hikmah Haditsul Ifki

Banyak hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa besar haditsul ifki. Tentang kehati-hatian, bahaya mendengarkan berita yang belum jelas, kejahatan orang munafik, dll. Bayangkan, sekelas Aisyah saja bisa difitnah berzina, apalagi perempuan seremeh kita. Jadi jaga hijab ya, Siztaaa.

Kemudian jika mendengar berita yang belum tentu kebenarannya, meskipun itu kedengarannya wow, sebaiknya jangan buru-buru disebarkan. Abdullah bin Ubay bin Salul bisa dibilang adalah bapaknya hoaks, bahkan sebelum kata hoax itu ditemukan (1808).

Suku Khazraj dan Aus hampir kembali bertikai karena peristiwa haditsul ifki. Padahal mereka telah disatukan dalam Islam, yang sebelumnya kedua suku ini selalu bertentangan. Nabi memberi mereka nama baru, Anshar (penolong), yang menyambut para Muhajirin (yang hijrah), agar tak ada perbedaan lagi di antara kedua suku tersebut. Mereka sama-sama penduduk Madinah yang menolong agama Allah.

Bukti bahwa sehebat apa pun upaya musuh, selama umat Islam masih beriman, Allah adalah penolong yang tak terkalahkan. Abdullah bin Ubay cs pun memble, karena gagal mengadu domba.

Seperti kusebutkan di atas, selain ayat 11-20, ada ayat lain dalam surah An-Nur yang masih berkaitan dengan haditsul ifki. Misalnya ayat 24, di mana ayat itu turun sebagai teguran atas sikap Abu Bakar yang bersumpah tak akan lagi membantu Misthah bin Utsatsah.

an nur 22

Manusiawi sebenarnya apa yang dilakukan Abu Bakar, sebab Misthah bin Utsatsah adalah kerabatnya yang selama ini selalu diberi sedekah oleh Abu Bakar. Coba kamu, jengkel gak sih kalau ada keluarga yang sehari-hari dikasih makan tau-tau malah ikut ngegosipin anakmu? Bantai!

Tapi begitulah hukum Allah. Abu Bakar, sahabat terbaik Rasulullah saja gak boleh begitu. Ya kita sabar-sabar ajalah kalau dapat perlakuan buruk dari saudara. Manusia mah gitu.

Lalu ayat 26, yang sering kita jadikan patokan dalam mencari jodoh, dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa ini merupakan penegasan dari Allah. Bahwa Nabi adalah laki-laki yang baik, maka tentulah istrinya pun perempuan yang baik pula.

an nur 26

Sebelum kita tutup, ada satu hal menarik dari sepuluh ayat yang Allah turunkan untuk membela Aisyah. Adalah Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu yang tersenyum bahagia saat mendengar ayat ke-16 turun.

Dan mengapa kamu di waktu mendengar berita bohong itu tidak mengatakan, “Kita sama sekali tidak pantas untuk mengucapkan ini, Maha Suci Engkau (Ya Rabb kami), ini adalah dusta yang besar.”

Imam Bukhari meriwayatkan, ketika haditsul ifki terjadi, salah seorang sahabat berkata, “Kita sama sekali tidak pantas untuk mengucapkan ini, Maha Suci Engkau (Ya Rabb kami), ini adalah dusta yang besar.” Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa orang tersebut adalah Abu Ayyub Al-Anshari.

Masyaallah! Tak disebut nama pun, hati kita pasti berbunga-bunga jika mendapatkan pujian dari Allah seperti itu. Umar bin Khattab pernah mendapat hal yang mirip, tapi beliau justru resah, karena khawatir jadi jemawa. Lain kali insyaallah kita bahas, ya!

Selain haditsul ifki, masih banyak lagi kisah masa kenabian dengan ribuan hikmah yang bisa kita ambil. Semoga bermanfaat, jika ada yang keliru sila tinggalkan komentar! Biar kita sama-sama mengumpulkan pahala jariyah di blog ini.

12 comments

  1. Paras Sekarliana7/8/21

    MasyaAllah tulisannya penuh hikmah. Sekedar saran bisa juga dipertegas dengan menambahkan apa yg telah dilakukan misthah berupa dialoq misthah dengan orang tuanya yang membicarakan Ummul Mukminin Aisyah, dan QS Annur: 11-20 bagus ditulis juga minimal artinya sehingga pembaca langsung tergambar tanpa harus membuka terjemahan lagi.Sekedar saran maaf jika tidak berkenan

    ReplyDelete
    Replies
    1. siap, kak!
      tapi yg ayat sudah ada di atas dalam bentuk gambar. biar gak kebaca copas oleh google, krn bakal byk kalimat yg sama di web/blog lain. btw terima kasih.

      Delete
  2. Peristiwa di masa lalu ini tentu menjadi pembelajaran yang sangat berharga di masa sekarang di mana pintu-pintu fitnah, gosip, maupun aneka berita bohong lainnya dengan begitu mudah dan cepat tersebar luas. Harus makin hati-hati. Apa yang terjadi pada Bunda Aisyah r.a. juga mengajarkan kita untuk tidak buru-buru berburuk sangka sebelum melakukan konfirmasi kepada yang bersangkutan.

    ReplyDelete
  3. Di ranah zaman sekarang, ini semacam hoax dan berita yang belum jelas kebenarannya ya namun ramai diperbincangkan. mereka yang menyebarkan secara luas juga seharusnya lebih berhati2 dulu, mesti tabayun dulu sebelumnya.

    ReplyDelete
  4. Para buzzer bahkan sudah ada sejak zaman Nabi ya. Apalagi yang mereka bicarakan seorang Istri Nabi.
    Tapi, begitu adanya, bahkan sudah sekian abad berselang berita bohong seperti itu tetap ada hanya beda wujud saja. Jadi, baiknya berhati-hati sebelum percaya berita apapun yang beredar.

    ReplyDelete
  5. Hoax emang udah ada sejak jaman purbakala sepertinya ya mbak? Ada aja ulah orang-orang

    ReplyDelete
  6. Masya Allah aku suka sejarah di kemas seolah mendengar kak tika cerita langsung.


    Aku jujur auto ngakak abdullah bin ubay disebut bapak hoax sebelum hoax itu ada.

    Ya Allah, jika bicara sejarah maka sejrah itu emang sejatinya saling mebmberi nasihat ya. Semoga kit terhindari dari ciri2 orang munafik.aammin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Kak Tika, di mana engkau? Adekmu nyasar ini!

      Delete
  7. Orang-orang munafik ini paling nyebelin bin nggregetin. Pengen ngebom aja rasanya. Tapi kita tetap harus berbuat baik sama mereka. seperti An Nur 22 itu.

    ReplyDelete
  8. Para Buzzer nih wajib baca ini biar insaf sekalian. Pengen aja nampol ayat ini ke muka mereka.

    @Idgorontalo

    ReplyDelete
  9. Ini sama halnya dengan berita hoaks. Bahkan sejak zaman Mabi dulu sudah ada yah

    ReplyDelete
  10. perlu banget belajar lagi soal siroh nih, apalagi kisah penyebaran fitnah terhadap Aisyah ra. Semoga kita selalu berserah diri dan Allah akan selalu membantu.

    ReplyDelete