Pengalaman Ketika Anak Mengalami Flek Paru

Si kakak lahir dengan berat 3 kg dan panjang 50 cm. Normal banget kan! Tapi sampai usia 2 tahunan berat badannya masih pas ambang bawah normal. Namun melihat keaktifannya, si kakak sepertinya sehat-sehat saja.

Sampai kemudian ketika aku hamil anak kedua, si sulung rutin pilek, yang awalnya kukira hanya gangguan kesehatan biasa.

flek paru paru
Photo by Hush Naidoo on Unsplash

Demam Tiap Bulan

Waktu itu tahun 2013, aku sering absen karena si kakak kerap demam di malam hari. Kalau anak sakit, aku gak bakal masuk kerja. Teman-teman dan bos tau betul, gak ada ceritanya aku ninggalin anak yang sedang demam.

Tapi kali itu aku merasa ada yang gak beres. Setiap bulan aku absen karena si kakak demam pilek. Awalnya tak terlalu diperhatikan, sebab demamnya pun tidak terlalu panas. Hanya sering merengek kemudian hidungnya beringus.

Itu terjadi pada malam hari, paginya si kakak nampak sudah baikan. Aktif tapi agak lesu. Walau cuma lesu, aku tetap meliburkan diri dari kantor. Nah, karena kejadiannya rutin tiap bulan, akhirnya kucek tanggal absenku dari presensi kantor.

Ternyata benar, si kakak demamnya berulang di tanggal yang berdekatan! Sudah kayak jadwal rutin bulanan. Akhirnya sulungku itu kubawa ke dokter, berbarengan dengan jadwal periksa kandungan.

Didiagnosis Flek Paru

Waktu itu belum ada aplikasi atau situs untuk informasi yang terjamin validitasnya. Ketika hamil si kakak, bidan bahkan melarangku sering-sering buka Google. Bikin overthinking, begitu kira-kira katanya.

Beda dengan sekarang, Google sendiri menyadari rentannya bot mereka memberi informasi palsu maupun yang dilebih-lebihkan. Jadi hanya situs yang digawangi para ahli yang direkomendasikan Google untuk hasil pencarian oleh pengguna.

Salah satunya situs halodoc yang menyediakan banyak informasi seputar kesehatan. Dari informasi tentang penyakit, obat, lokasi rumah sakit, hingga fasilitas untuk konsultasi ke dokter umum maupun spesialis.

Yang paling menarik menurutku, adalah informasi detail tentang obat sekaligus kemudahan untuk membelinya. Secara, aku seringnya kalau berobat dikasih obat begitu saja oleh apoteker faskes. Gak ada penjelasan rinci tentang obat yang diberikan. Paling banter hanya berapa kali sehari yang sebenarnya bisa dibaca di kemasannya.

Tapi maklum aja sih, kan pasien banyak. Dan barangkali orang lain juga gak tertarik untuk menyimak penjelasan panjang lebar dari petugas. Akunya aja kali yang pengin lebih.

Balik ke kasus si kakak. Aku masih “mengamalkan” larangan bidan untuk tidak sering-sering cari informasi kesehatan di internet. Jadi langsung konsultasi saja ke rumah sakit.

Baru saja stetoskop menempel di dada si kakak, dokter langsung bilang, “Harus dirontgen. Sepertinya ada flek!”

Kemudian dilakukan serangkaian tes oleh petugas lab. Dari tes darah, rontgen, dan berbagai tindakan yang diagnosis akhirnya menyebutkan, bahwa pasien mengalami flek paru. Abinya sampai nangis waktu itu.

Seorang ibu yang anaknya juga mengalami flek paru-paru menghiburku, “Enam bulan itu sebentar kok, Mbak. Ndak terasa nanti tau-tau selesai. Ini anak saya terakhir ambil obat, Alhamdulillah paru-parunya sudah bersih,” katanya.

Hikmah di Balik Sakit

Benar kata ibu yang dulu menenangkanku. Enam bulan itu bisa kami lalui dengan baik. Alhamdulillah paru-paru kakak sudah bersih, bahkan sebelum jadwal minum obat rutin selama enam bulan habis.

Yup, si kakak harus rutin meminum antibiotik pada waktu yang sama selama 6 bulan. Pada pasien tertentu, butuh tambahan 3 bulan lagi. Biasanya karena kurang disiplin.

Sebelum meresepkan obat, dokter yang menangani si kakak memintaku untuk mencari “biang” flek paru tersebut. Aku ingat betul kata-kata beliau, “Satu orang dewasa bisa menularkan hingga ke lima puluh anak!”

Dan Bu Dokter yakin sekali bahwa si kakak terkena flek akibat ditularkan oleh orang dewasa pengidap TBC yang ada di dekatnya. Ditanya siapa yang merokok, Kakak mainnya di mana, dll.

Waktu itu setiap hari kerja si kakak memang dititipkan di penitipan anak. Aku pun melapor ke TPA agar pengasuh diperiksa ke rumah sakit. Sebab menurut dokter, walau tidak langsung sembuh, jika diobati maka orang dengan TBC sudah tidak menularkan penyakitnya lagi ke orang lain.

Ini bocahnya saat baru sembuh dari flek 👇


Dulu sebelum rutin minum obat, si kakak sulit sekali diobati jika sakit. Jangankan minum obat, baru melihat botol sirup saja dia sudah muntah. Kasihan dan nyebelin sekaligus. Bahkan tak hanya obat kimia, melihat madu pun dia langsung kabur.

Waktu terkena flek paru, usianya sudah hampir 3 tahun. Aku kasih warning, “Mau dipaksa atau minum sendiri?” si kakak pilih minum sendiri, dan dia mengatur pikirannya sendiri agar bisa menelan obat dengan tenang.

Alhamdulillah, sekarang bobot tubuhnya sudah ideal. Kakak tidak lagi parno dengan obat, dan mengerti untuk tidak sembarang berbagi alat makan dan minum dengan orang lain. Maka saat covid menjadi momok sekarang ini, si kakak sudah teredukasi sejak jauh-jauh hari.

6 comments

  1. Alhamdulillaah, kaka sehattt dan tumbuh jadi anak yg cerdas dan bahagiaaaa ya

    ku juga sering ngandelin HaloDoc mbaa
    Asik2 artikel dan dokter2nya ngebantu bgt

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, bersyukur si kakak sudah sehat kembali. 6 bulan memang awalnya menjadi waktu yang lama, namun setelah di jalani akan terasa singkat. Tiba-tiba udah jadwal kontrol lagi. Ini saya rasakan keyika salah satu anggota keluarga mengalami seperti yang dialami kaka. Bersyukur seminggu lalau sudah dinyatakan sehat.

    ReplyDelete
  3. Semoga sehat selalu yaa, kak.
    Pokoknya kalau anak sudah sakit ini, subhanallahu...kudu banyak stok sabaaarr... ujiannya di situ yaa..

    Alhamdulillah lekas ketahuan sehingga bisa diobati sampai tuntas.

    ReplyDelete
  4. anakku juga ada yang terkena flek karena ayahnya merokok

    saya pasrahkan saja, mau anak sembuh atau sakit terus-terusan, hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh mbak, kok gitu. suamiku gak ngerokok aja anaknya bs kena, apalagi yg nggak. mudah2an cpt sembuh dan ayahnya paham ya

      Delete
  5. Wah, ikut prihatin mbak dengan kondisi yang eprnah dialami si kecil. pasti tersiksa itu, karena dulu jaman saya kecil, sepupu saya juga ada yang kena flek dan minum obatnya gak boleh putus. Sehat2 terus ya mba sekeluarga

    ReplyDelete