Review Novel Indonesia: The Jacatra Secret

Setelah mereview novel terjemahan beberapa hari lalu, sekarang waktunya review novel Indonesia. Sebenarnya artikel ini kubuat lebih dulu dari review Small Great Things, tapi postingnya belakangan karena alasan tertentu.

Kamu tentu sering mendengar tentang mason bebas atau Freemason. Tapi kamu mungkin belum tau bahwa ibu kota negara kita ternyata memiliki jejak sejarah kelompok misterius tersebut.

Adalah Rizky Ridyasmara, penulis novel konspirasi, yang mengangkat sejarah Jakarta yang lekat dengan simbol-simbol Freemason lewat The Jacatra Secret. Membaca novel ini akan mengingatkanmu pada The Davinci Code. Atau jika kamu begitu tertarik pada novel-novel Dan Brown, kamu seharusnya juga berminat membaca karya Rizky Ridyasmara.

Keduanya adalah penulis yang kerap mengangkat sejarah tidak biasa tentang sesuatu atau sebuah tempat. Terlebih lagi, sejarah yang berkaitan dengan Freemason, Kabbalah, dan berbagai teori konspirasi di sekitarnya. Secara umum, The Jacatra Secret bolehlah masuk dalam list rekomendasi novel Indonesia.

review novel indonesia

Ksatria Templar, Kabbalah, Freemasonry, dan Illuminati 

Pada 1738 dan 1951, Vatikan menyebutkan bahwa Freemasonry tidak bertuhan. Padahal jika kita tarik sejarah ke belakang, Freemason adalah bagian dari Pasukan Salib yang berasal dari kaum kristen Eropa, yang mana mereka dimotivasi oleh Paus Urbanus II untuk menyerang Timur Tengah, dengan iming-iming surga.

Kala itu Eropa berada pada masa kelam. Perebutan Yerusalem dari tangan Turki adalah keputusasaan yang dibalut “perang suci”. Pasukan Salib atau Templar yang tiba di Yerusalem kemudian mendapati banyak peninggalan sejarah yang memuat tentang Nabi Isa dan kehidupan di masa beliau, yang ternyata tidak sejalan dengan ajaran gereja.

Sebagian dari mereka juga menemukan kitab-kitab sihir peninggalan Bani Israil yang memuat ajaran Kabbalah. Asli mumet kalau dijabarkan. Kabbalah ini ajaran mistis, tapi ada sainsnya. Pantesan menarik! Tapi sesat, hehe.

Ksatria Templar yang tersisa, baik yang mempelajari kabbalah maupun yang tidak, berbalik menjadi musuh gereja. Bayangkan saja, kamu diutus untuk perang dengan janji surga. Tiba di sana, kamu dapat bukti bahwa ajaran dari yang menjanjikan surga itu saja tidak benar. Gimana gak mangkel! 

Pasukan Salib yang masih hidup tidak kembali ke Eropa. Mereka justru asyik dengan temuan barunya, terutama di sekitar Baitulmaqdis. Mereka juga mendirikan negara sendiri, dan melepaskan diri dari pengaruh gereja.

Dalam sejarah, selalu ada masa jaya dan saat runtuh. Perlahan Pasukan Salib mulai melemah, karena ekspansi mereka tidak lagi berlandaskan “iman” seperti sebelumnya. Apalagi umat Islam juga mulai bersatu untuk mengusir mereka, sedangkan Vatikan sudah menjadi musuh karena lunturnya keimanan pasukan ini.

Karena terus diburu, sisa-sisa Ksatria Templar masa awal menghilangkan jejak mereka dengan mengubah identitas. Dan untuk tetap saling terhubung, mereka membuat simbol-simbol yang hanya dipahami oleh mereka, sebagai tanda keberadaan.

review novel indonesia
Lampiran foto bukti jejak Freemasonry di Jakarta
Perang Salib I terjadi tahun 1095, sekira 463 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Sama seperti orang-orang modern yang memilih menjadi atheis dan atau agnostic karena galau dengan agama, Pasukan Salib memilih tidak beragama bahkan menentang doktrin agama dengan ilmu pengetahuan.

Itulah cikal bakal Freemasonry, organisasi persaudaraan dan kebebasan. Di masa-masa berikutnya, muncul Illuminati (berasal dari kata illuminatus dalam bahasa Latin, yang berarti “tercerahkan”) yang juga memperjuangkan persamaan tanpa membedakan seseorang dari agamanya.

Meski bunyinya “persamaan”, mereka bukan kelompok antirasis. Ingat, mereka tercerahkan oleh kitab kabbalah. Meski ajaran gereja dianggap keliru, mereka tentu tidak mau mempelajari Islam, yang karena alasan membasmi muslimlah mereka ke Timur Tengah.

Kitab kabbalah sendiri adalah peninggalan Bani Israil, aka Yahudi. Bangsa Yahudi memang menganggap semua manusia sama, kecuali mereka. Jadi paham kan, persamaan macam apa yang dimaksud?

Pada akhirnya, Ksatria Templar, pengikut Kabbalah, Illuminati, dan apa pun istilah mereka sejak dulu hingga kini, mereka semua adalah Freemason. 

Mereka terdiri dari berbagai kelompok persaudaraan di bawah satu tujuan, Tatanan Dunia Baru/ New World Order. Konon, istilah tersebut merujuk pada frasa “Novus Ordo Seclorum” yang muncul di balik lambang resmi dan dolar Amerika Serikat.

Omong-omong, sepanjang itu aku nulis, kita belum menyentuh ke review novel Indonesia-nya. Parah emang!

Review Buku The Jacatra Secret Karya Rizky Ridyasmara

review novel best seller
Tampilan novel di iPusnas

Aku membaca The Jacatra Secret lewat aplikasi iPusnas. Meski bukan novel Indonesia terbaik, namun The Jacatra Secret termasuk dalam deretan novel best seller yang diterbitkan Penerbit Bentang.

Di iPusnas seindiri, novel karangan Rizky Ridyasmara ini mendapat rating 6 dari 6 bintang yang ada. Semua komentar yang masuk bernada positif, mungkin cuma aku yang baca doang. Gak ngasih rating gak ngasih komen. Udah pelit, pamer.

The Jacatra Secret berkisah tentang perebutan medalion berisi peta gunung emas yang ada di Indonesia. Profesor Sudrajat, seorang pejabat penting yang berkantor di Bappenas, dibunuh oleh anggota Freemason atas perintah anggota lain yang lebih tinggi levelnya. 

Sudrajat sendiri adalah juga anggota Freemason yang dikukuhkan dalam sebuah ritual di Amerika saat ia menjadi mahasiswa di sana. Dalam novel ini, penulis secara gamblang menyebutkan tokoh-tokoh Indonesia yang disinyalir adalah anggota tarekat mason atau kelompok persaudaraan.

Bappenas, dengan segala bukti yang dihamparkan penulis, merupakan gedung mason pada zaman Batavia. Tugu Monas yang menjadi ikon Indonesia, ternyata adalah lambang dari phalus atau lingga dengan yoni sebagai dasarnya. Tak hanya itu, Bundaran HI, Menteng, dan hampir seluruh Jakarta penuh dengan simbol-simbol mason.

Jika Soekarno dalam banyak kisah dikaitkan dengan PKI, maka dalam The Jacatra Secret, Suharto adalah antek Amerika dengan mafia Barkeley-nya. Membaca The Jacatra Secret seperti belajar sejarah lewat jalur yang berbeda jauh dengan yang selama ini disampaikan guru-guru di sekolah.

rekomendasi novel indonesia
Endors The Jacatra Secret

Kembali ke cerita pada novel. Profesor Sudrajat “dihapus” dari Persaudaraan karena dianggap telah berkhianat. Dalam pesan video yang ia tinggalkan pada selingkuhannya, Sudrajat mengakui bahwa selama ini Indonesia hanya menjadi sapi perah bagi Amerika. Para ekonom dan para pejabat penting negeri ini adalah kaki tangan dari kepentingan asing.

Lewat berbagai simbol yang harus dipecahkan oleh John Grant, pemateri dalam pertemuan para peminat teori konspirasi, akhirnya diketahuilah banyak misteri terkait kematian Sudrajat dan beberapa orang lainnya, termasuk si pembunuh itu sendiri.

Gara-gara novel ini, aku jadi kelayapan di Youtube untuk membuktikan simbol-simbol Freemason di gedung Bappenas, Taman Suropati, dan berbagai tempat lainnya di Jakarta. Dan memang terbukti banyak!

Tapi apakah Freemasonry, Illuminati, dsb-nya itu secara nyata memang berbahaya? Gak tau juga sih. Beberapa video ritual freemason kulihat biasa-biasa saja, tidak seperti yang digambarkan dalam kisah-kisah dalam buku maupun film. Tapi namanya juga kelompok rahasia, masa isi dalam-dalamnya diumbar. 

Tapi secara pemikiran, jika memang Illuminati dll itu menganggap semua agama sama, bahkan yang beragama dengan yang tidak tak ada bedanya, jelas pemikiran seperti ini berbahaya. Tapi kan ini lagi review novel Indonesia, bukan bahas perang pemikiran.

Kekurangan Novel The Jacatra Secret

Ada dua cela pada novel The Jacatra Secret yang menurutku lumayan mengganggu. Pertama soal logika, berikutnya terkait stereotip yang bertentangan dengan isi buku yang seharusnya juga tidak biasa.

1. Karya fiksi harus tetap logis.

Freemasonry dsb adalah kelompok yang nyata ada. Rizky Ridyasmara menyampaikan informasi yang ia pahami dalam bentuk novel (fiksi). Karya fiksi, seperti yang kita tau, adalah hasil imajinasi. Jadi, penulis pasti punya maksud kenapa ia menggabungkan fakta dan imajinasi. 

Umumnya, penggabungan seperti ini bermaksud untuk menyiratkan pesan dan memudahkan pembaca memahami informasi yang ada di dalam buku tersebut. Kenapa lebih mudah? Karena otak kita secara otomatis memvisualisasi tiap adegan yang dipaparkan di dalam buku.

Nah pada bagian ketika Sally dkk berlindung dari kejaran Draco si pembunuh, benakku menolak penggambaran yang membosankan dan tak masuk akal. Sally baru saja ditinggal mati pacar dan temannya (dalam hitungan jam). Di saat genting dan berduka demikian, bisa-bisanya Kasturi bercerita panjang lebar soal sejarah mason di Batavia, hingga yang tidak relevan dengan kematian Sudrajat.

Logika yang kumaksud tidak mengikat, namun disesuaikan dengan kelogisan genre buku. Jika dari awal memang mengangkat kisah fantasi, maka ular ngakak pun juga bisa logis. Normalnya, Kasturi dan Grant fokus pada pesan-pesan rahasia dari Sudrajat tanpa perlu membahas sejarah ratusan tahun silam.

Sejarah Batavia lebih masuk akal jika disisip dalam obrolan Grant dengan Angelina di hotel (sebagian memang sudah), pada pemaparan materi di acara konspiratus, atau pada adegan lain yang memungkinkan. Asal tidak saat dikejar-kejar penjahat.

2. Standar sinetron.

Sudah kusebutkan sebelumnya, bahwa The Jacatra Secret berisi kisah sejarah yang tidak biasa. Seharusnya “yang tidak biasa” itu juga berlaku pada sisi lainnya. Tapi kali ini cela yang kumaksud betul-betul menciderai novel The Jacatra Secret secara keseluruhan.

Tokoh Lutfi, seorang kepala polisi yang digambarkan sesuai prototipe yang ada di kepala kita, masih harus menanggung hina dengan fisiknya yang jauh dari sekadar cukup. Gemuk, hitam, bodoh, dan suka dangdut. Sudah body shaming, masih ditambah lagi dengan melecehkan musik favorit orang Indonesia.

Sementara tokoh utamanya, John Grant, pria asing berpostur tinggi besar. Pakar simbol yang tampan dan cerdas. Begitu pula Angelina dan Sally yang digambarkan bak bidadari. Cantik, putih, lembut, pintar. Ah, kok persis sinetron!

Lepas dari kekurangannya, The Jacatra Secret cukup layak untuk memantik penasaran, sejarah apa lagi yang diulas lewat karya fiksi oleh Rizky Ridyasmara? Sebab Dan Brown Indonesia ini punya cukup banyak karya selain The Jacatra Secret.

Segitu dulu ya, Gengs, review novel Indonesia ala iluvtari. Gak usah nunggu novel berikutnya, karena aku gak janji.

10 comments

  1. Hei Mbak, cara me-review-nya bikin saya penasaran. Keren :)
    Catatan tentang cidera logikanya .... bikin saya mengangguk2 dan ulasan soal konspirasi bikin tegang. Bacanya tadi sama suami, ada bagian sejarah yang tak disetujuinya. Entahlah ... mungkin nanti dia akan baca sendiri, di HPnya ada aplikasi iPusnas :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mbak, ditunggu masukan dr suaminya ya

      Delete
  2. Halo mbak Tari :) Wah, panjang lebar begini ulasan novel The Jacarta Secret. Agak ser2an juga bacanya ya apalagi ada kata 'pengkhianat;nya hihihi. Terlepas dari cerita yang bak sinetron, karya penulisan ini apik juga. Jadi kepengen punya bukunya biar lebih menyelami kisahnya. TFS.

    ReplyDelete
  3. Revienya menarik tapi cerita ala sinetron nya malah bikin saya penasaran coba ah saya mau baca sendiri bukunya

    ReplyDelete
  4. Dudududuu jadi ikut penasaran aku mbaaaa
    mupeng buat ikutan baca jugak.
    seruu kalo crita2 "konspirasi" gini mahh

    ReplyDelete
  5. Haloo kak Tari. Kereeen lengkap reviewnya nihhhh

    iya novel sejarah kayak gini, kadang ya gitu ada yang menurut pembaca agak kurang logis haha atau kayak sinetron.
    Tapi kerenlah penulis novel kayak novel The Jacarta Secret.Pasti risetnya luar biasa bgt

    ReplyDelete
  6. Sepertinya ceritanya memang menarik dan mengundang rasa penasaran saya. Otw baca lewat ipusna ahh...

    ReplyDelete
  7. Wuihh ini bahasan yang seru! Cocok untuk yg suka bacaan misteri n konspirasi. Menarik!

    ReplyDelete
  8. Aku terjebak dalam tulisan ini sehingga terbawa untuk ikut menyelidiki keberadaan freemanson ini di Indonesia wkwkkw keren mbaa.. pembukaan yang bagus dan cukup berat buat emak macam aku

    ReplyDelete
  9. Bahas Freemason dan Illuminati memang asyik banget, serasa tak ada habisnya, apalagi kalau sudah masuk ke jaring-jaring konspirasi. Ya bisa benar bisa sebaliknya, apalagi yang berbau konspirasi, sangat mungkin simbol simbol yang ada di buku ini ditafsirkan oleh penulis dengan ilmu otak atik mathuk hehe. Aku belum baca tapi dah sering teman bilang ini buku lumayanlah karena genre ini belum banyak digarap di Tanah Air. Tapi sepintas aku menyayangkan kenapa harus ada John Grant utk memecahkan misteri, seolah pakar nasional tak memadai. Namun karena ulasannya menarik ya lumayan aku terhibur!

    ReplyDelete