Kalau tak salah hitung, satu atau dua tahun belakangan ramai di medsos bahasan mengenai mobil listrik yang susah isi bahan bakar, sepeda listrik yang kepedean masuk jalan raya, motor matic yang patah tengah, serta aneka perbincangan mengenai alat transportasi sehari-hari dengan berbagai kurang dan lebihnya.
Sepertinya belum banyak yang membahas tentang motor hybrid, motor “tengah-tengah” yang bukan motor BBM dan bukan motor listrik. Sesuai namanya, “hybrid” yang berarti hibrida alias campuran, motor hybrid adalah sepeda motor dengan perpaduan antara BBM dan listrik. Yok kita bahas!
Sepeda Motor Hybrid, Antara Bensin dan Listrik
Konon, salah satu alasan digalakkannya kendaraan berbahan bakar listrik adalah untuk menjaga lingkungan. Sebab bensin, solar, dsb itu berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Percaya sih, kalau kita dapatkan listriknya dari matahari dengan sumber panas yang melimpah. Tapi kalau listrik kita masih ngandelin batu bara, apa gak jadi kocak tuh alasan?
Oke deh, anggap aja kita sudah berada di jalan yang benar. Permasalahannya sekarang, pengisian bahan bakar untuk kendaraan bermotor listrik sepertinya tidak semudah yang dibayangkan. Gara-gara menulis artikel ini aku jadi tau bahwa di kotaku sudah ada SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum). Berapa jumlahnya? Tiga saja.
Mungkin karena kendaraannya juga belum banyak, maka “charger”-nya pun tak perlu banyak. Atau karena kendaraan itu lebih umum di-charge di rumah pemiliknya? Entahlah, aku belum punya kendaraan listrik, yang sepeda sekalipun. Jadi tak tau menau masalahnya.
Melihat penjelasan di mana-mana mengenai motor hybrid yang hemat bahan bakar dan ramah lingkungan, rasanya pengin juga ikut punya. Dengan motor hybrid, kamu gak perlu cari-cari SPKLU atau ngecas motor setiap hari. Tapi tetap isi BBM seperti biasa namun penggunaannya lebih hemat. Sebab sepeda motormu menggunakan dua bahan bakar: BBM dan listrik, sementara listriknya dihasilkan dari sistem kerja motor itu sendiri. Mirip konsep aki kering mungkin ya.
Di tahun 2024 ini, motor hybrid yang bisa kamu dapatkan di antaranya Yamaha Fazzio seharga 20 jutaan, Honda PCX e:HEV 40 jutaan, dan Yamaha Grand Filano Hybrid Connected 27 jutaan. Mahal ya? Kalau mau murah sepeda Sinchan aja, pakai tenaga kaki dan angin.
Kelemahan Motor Hybrid
Namanya buatan manusia, ada kelebihan dan kekurangannya. Tapi sebagaimana kelebihannya, kekurangannya pun kudapat dari menghimpun lewat berbagai sumber. Karena apa? Karena aku belum punya motornya.
Jika dilihat dari tingginya polusi udara di negara kita tercinta ini, kendaraan listrik bisa dikatakan cukup urgent untuk segera menggantikan kendaraan berbahan bakar bensin dsj. Tapi jika melihat kondisi jalan di berbagai daerah di Indonesia, sepertinya punya kendaraan listrik justru nambah kerjaan penggunanya. Mungkin itu pula yang mengilhami pabrikan motor menciptakan motor hybrid, dengan harapan bisa minim polusi namun tetap tangguh di jalanan Indonesia.
Dan, sekarang … apakah kamu pernah melihat motor yang kusebutkan di atas seliweran di jalan-jalan daerah? Maksudku jalanan di kebun sawit, lintasan truk yang bukan jalan nasional, atau minimal jalan biasa di pinggir kota yang tidak pernah dilalui pejabat? Kurasa penduduk sana mikir keras untuk milih motor hybrid, apalagi listrik. Yang pakai matic saja umumnya itu motor kedua. Yang cuma kuat beli satu motor, lebih aman motor manual dengan tenaga BBM biasa. Lebih meyakinkan tentunya.
Ternyata—dari review berbagai sumber—motor hybrid punya keterbatasan terkait jarak tempuh. Bukan perkara bahan bakar (inget, motor hybrid gak perlu dicolok listrik untuk isi tenaga) tapi dari komponen mesin motor itu sendiri yang lebih cocok untuk jalan perkotaan.
Selain itu, bobot sepeda motor hybrid juga lebih berat karena adanya baterai untuk motor (ini “motor”-nya bener ya, bukan sepeda motor. Mesinnya pakai bensin, motornya pakai listrik dari baterai yang diisi oleh mesin). Yang butuh motor untuk angkut hasil panen, tetap balik ke Supra konvensional ajaah.
Kekurangan motor hybrid lainnya adalah harga yang lumayan tinggi. Tapi kalau dihitung-hitung, itu sebenarnya besar biaya permulaan saja. Untuk bahan bakar sehari-hari dan biaya pemeliharaan, motor hybrid jauh lebih hemat ketimbang motor konvensional, matic maupun manual. Setidaknya begitulah janji om-om marketingnya.
Dan sebagai orang kota, yeah! Kalau ada duit nganggur, aku mau banget kok beli motor hybrid. Untuk mengurangi polusi? Iya. Mengurangi penggunaan bahan bakar tak terbarukan? Betul. Dan lebih dari itu, demi memenuhi rasa penasaran.
Belum snggup beli🤭
ReplyDeleteGosah nyama-nyamain
DeleteBaru denger ada motor hybrid. Tapi nice infoo
ReplyDeleteAyo beli, Kaak. Aku pinjem
ReplyDeleteThx kak infonya, jadi ada referensi nih wkwk
ReplyDeleteMemang pilihannya kalau di luar kota besar, kendaraan listrik murni agak bimbang. Yang hybrid jadi solusi
ReplyDeleteKirain selama ini adanya cuma mobil hybrid ternyata motor hybrid juga ada waah senangnya kalangan yang pake motor bakalan suka ni.
ReplyDeleteBermanfaat sekali informasinya, jadi tahu kalau ada motor hybrid
ReplyDeleteBaru tahu nih aku soal motor hybrid. Kayaknya ini solusi buat emak-emak yg hobi antar-jemput anak sekolah ya ^^
ReplyDeleteAku ga hobi sih, tp mau gmn lg, wong itu anakku, wkwk
DeleteBener juga ya Mbak... sepertinya motor hybrid ini cocok untuk mereka yang tinggal di kota. Kalau enggak, yang di desa juga bisa, tapi mungkin hanya untuk pemakaian sehari-hari. Kalau buat angkut-angkut barang balek lagi ke motor konvensional.
ReplyDeleteAku ketika dibilang biaya perawatan motor hibrida ini lebih murah ketimbang yang konvensional jadi penasaran, apa iya. Walau pun klaimnya komponenya lebih sedikit dari motor konvensional, Apa spare part nya bukan jadi lebih mahal ya? Soalnya kan dia hibrida brati punya 2 2 nya atau malah ada banyak spare part yang gak ada di konvensional dan yg listrik. Apa gak jadi lebih mahal kalau bagian itu yg rusak? 😁
ReplyDeleteAyo mbak, dibuktiin aja. Tar hasilnya kabari aku, hehe
Delete