Maaf ya kalau terkesan memvonis. Aku sering heran melihat orang yang wow banget menjaga gawainya. Dipakein casing cantik, gonta-ganti. Dikasih stiker unik, dipasangi macam-macam pokoknya.

Tapi … entah itu HP atau laptop, kadang waktu dicobain pake, ternyata lemot! Yah, ternyata ownernya lebih mentingin penampilan ketimbang kinerja dia punya barang. Gadgetnya udah cantik pol, tapi waktu dipakai kerja malah bikin stres.

Bahagia gak? 

Tampilan gawai yang cantik itu membuat siapa pun yang melihatnya suka. Padahal fungsinya bukan untuk dilihat. Merias tampilan gawai tanpa memperhatikan kinerjanya sama saja dengan membahagiakan mata orang lain tanpa memedulikan kebutuhan kita sendiri.

Self-love, dari sisi mana pun (gadget di atas cuma contoh kecil aja), adalah pondasi penting buat kesehatan mental. Apa yang kita punya dioptimalkan untuk kebutuhan kita. Dengan begitu kita tergolong orang yang bisa menghargai diri sendiri.

Menomorsatukan diri sendiri gak selalu berarti egois. Sebab orang yang udah nyaman dengan dirinya biasanya juga lebih enak diajak berinteraksi. Karena “tanki bahagia” kita penuh, berbagi energi positif ke orang lain jadi lebih gampang.

Contoh penampilan dan fungsi gawai yang kusampaikan di atas itu berkaitan dengan mindset. Sekarang kita beralih ke cara membahagiakan diri sendiri, baiknya ngapain aja?

Nggak selalu butuh biaya mahal, kok. Ada banyak cara yang bisa dilakukan di sela-sela rutinitas:

Pernah coba? Kadang nulis unek-unek di buku itu rasanya lega banget. Apalagi kalau lagi pusing, menuliskan masalah bisa bikin kita lebih tenang.

Gak harus di buku sih, kamu juga bisa ketik di gawai bahkan bisa chat ke diri sendiri lewat aplikasi. Saranku, kalau itu hal negatif, hapus saja setelah semua diluapkan.

Jalan kaki 15 menit, stretching ringan, atau berenang. Badan bergerak, hormon bahagia pun keluar.

Baca buku, main gim (secukupnya), atau sekadar nonton film favorit. Waktu buat diri sendiri ini kayak tombol reset.

Kadang cara paling cepat bikin mood naik ya makan. Entah itu jajanan favorit, atau sesekali manjain diri dengan steak juicy di Steak Hotel by Holycow.

Kamu kira produktif itu soal disiplin, kerja keras, dan manajemen waktu? Nggak. Mood juga berperan besar. Kalau hati lagi sumpek, fokus jadi berantakan. Sebaliknya, kalau hati udah tenang dan bahagia, kerjaan yang susah pun terasa lebih ringan.

Bahagia bukan berarti malas-malasan, justru sebaliknya. Saat kita merasa cukup dan lega, ide-ide kreatif biasanya muncul lebih gampang. Produktivitas pun naik tanpa harus dipaksa.

Kalau ngomongin soal self-reward, perempuan biasanya gak jauh-jauh dari makanan. Ada kepuasan tersendiri waktu bisa duduk santai, ngobrol—atau sendirian, sambil menikmati makanan yang benar-benar nikmat.

Salah satu tempat yang bisa jadi pilihan adalah Steak Hotel by Holycow. Dari dulu, Holycow dikenal dengan daging berkualitas dan porsi yang bikin puas. Restoran ini lahir dari keberanian founder Holycow Wynda Mardio, yang berhasil membangun brand steak lokal dengan standar internasional. Buatku, ini bukti kalau passion bisa mengubah hidup.

Nah, di tengah banyaknya kompetitor, jangan sampai salah pilih. Kalau mau merasakan pengalaman makan steak yang benar-benar orisinal, pastikan datang ke Holycow yang asli. Beda banget rasanya ketika kita tau makanan yang disantap punya cerita panjang tentang perjuangan dan passion.

Klasik emang, tapi ini nyata. Makin tambah umur kamu akan makin setuju. Bahagia itu bukan harus punya semua hal di dunia. Hal-hal kecil semisal menulis, olahraga, selonjoran, dan makan enak, sudah bisa membuatmu merasa jadi orang paling beruntung di dunia.

Jadi, apa cara membahagiakan diri sendiri yang paling simpel versimu?