Pilih Childfree atau Beranak Pinak

Topik childfree naik turun jadi trending di medsos. Kadang rame, kadang tenggelam. Setiap naik daun, warganet umumnya terbelah jadi dua kubu. Ada yang pro dan ada yang kontra. Di Indonesia karena berbagai faktor, kebanyakan orang lebih cenderung menolak pilihan childfree.

apa dan kenapa childfree

Banyak Anak vs Childfree

Banyak anak banyak rezeki, begitu keyakinan orang-orang tua kita dulu. Kalau dibawa ke ranah agama, Nabi Muhammad saw juga menganjurkan umat beliau untuk memperbanyak keturunan. Bahkan untuk menikah, disarankan memilih perempuan yang subur.

Nah, kalau konteksnya agama, kita harus ambil dalil lain juga. Bagaimana Nabi dan para sahabat mendidik anak-anak mereka. Bukan tok urusan kuantitas, tapi juga kualitas. Sebab pada dasarnya anak adalah amanah. Ada pertanggungjawaban dunia akhiratnya.

Kenapa Memilih Childfree?

Childfree adalah pilihan hidup pasangan suami-istri yang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Tentu ada alasan mereka melakukan hal tersebut. Biasanya karena trauma dengan sikap tidak baik dari orang tua. Sayangnya, ada pula pasangan yang memilih childfree semata berdasarkan prasangka.

Ngakunya sih punya orang tua baik, tapi dia/mereka meyakini bahwa orang tua akan menjadikan anak sebagai sapi perah saat dewasa nanti, bahkan andalan di masa tua mereka. Orang-orang ini paling sebal jika mendengar kalimat “anak adalah investasi dunia akhirat”.

Padahal kalau merujuk pada istilah investasi dalam keuangan, itu gak selalu menguntungkan. Ada kan investasi bodong. Nah, kalau dikembalikan pada topik orang tua-anak, maka investasi (anak) bodong adalah ketika orang tua berharap anak berbuat baik pada mereka di masa tua nanti, sementara mereka tidak diperlakukan baik saat masih anak-anak ataupun sebelum mandiri.

Saranku, kalau kamu merasa diperlakukan kurang atau bahkan tidak baik oleh orang tua, maka kamu harus bisa menjadikannya pelajaran. Jangan lakukan hal yang sama pada anak-anak. Berhenti di kamu, begitu kalimat populernya.

Ada pula orang yang pilih jalan hidup childfree karena menganggap anak adalah beban. Mereka menghitung biaya yang dibutuhkan selama hamil hingga si anak menikah, atau setidaknya sebelum kerja. Jumlah uang itu, menurutnya akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk bersenang-senang bersama pasangan. 

Aku tergolong orang yang setuju kalau kamu memilih childfree dengan alasan “anak adalah beban”. Ya daripada kamu jadi orang tua durhaka, atau anakmu setelah jadi beban orang tua lalu jadi beban masyarakat. 

Sejak niat menikah saja kita sudah harus berusaha mendapatkan anak yang berkualitas, dengan cara mencari pasangan yang baik mutunya. Kalau suami perokok, maka anak kita bakalnya jadi perokok pasif, ya kan? Kalau orang tua suka memaki, dijamin anaknya bakal punya perbendaharaan kata makian yang banyak.

So, kalau kamu bukan orang tua yang berniat membesarkan anak dengan waras, lebih bagus gak usah punya anak saja. Tapi please bukan dengan jalan aborsi!

Banyak Anak Banyak Masalah

Mirip seperti poligami, kalau jumlah istri dan anak hanya untuk bahan bangga-banggaan, itu lebih dekat ke kafir Quraisy, alih-alih sunnah Nabi Muhammad saw. Tapi kalau kamu punya potensi mendidik anak-anak yang baik, sayang banget sih kalau sampai gak punya anak.

Kalaupun kamu gak hebat-hebat amat dalam mengurus anak, setidaknya niat baik dan keikhlasan sudah bisa jadi modal—di luar masalah nafkah dan sebagainya. Anak demam, tinggal bawa ke dokter. Anak gak mau makan, bisa cari info cara mengatasi anak susah makan di website parenting, ... ada sangat banyak solusi di zaman digital begini.

Menurutku pribadi, gak masalah kita berharap anak akan menjadi sandaran di masa tua nanti. Toh waktu dia kecil kita juga menjadi sandarannya. Apa yang ditabur itu yang dituai. Aku agak gak yakin ada anak durhaka sementara orang tuanya adalah orang tua yang baik. Apa kabar bonding?

Pro punya anak bukan berarti setuju dengan semboyan “banyak anak banyak rezeki”. Kalau orang tua tidak punya kesabaran tinggi dan tidak pula didukung finansial yang baik, semboyan yang tepat adalah “banyak anak banyak masalah”.

Kita nggak khawatir dengan masalah rezeki, karena itu sudah diatur. Gak perlu panik seperti ilmuwan barat yang sibuk dengan kebutuhan pangan penduduk Bumi di masa depan. Kalau seseorang sudah habis rezekinya, berarti habis pula umurnya. Begitu prinsip muslim.

Yang dikhawatirkan adalah efek ketika anak-anak tidak mendapatkan pengasuhan yang baik. Mereka bisa tumbuh sebagai pribadi yang tidak berkualitas. Itu tidak hanya memberi efek buruk pada diri mereka sendiri, tapi juga keluarga dan masyarakat, bahkan dunia.

Ketika anak orang yang diasuh sembarangan, diberi makan uang haram, atau produk broken home yang terbuang, bertemu dengan anak-anak kita yang dijaga dengan baik, sangat sangat mengkhawatirkan kan? Jadi kalau ada orang bilang gak pengin punya anak, biarin aja! Gak usah dinasihati, nanti nambah-nambah beban dunia.

Lain cerita jika anak itu sudah ada, lalu nampak oleh kita ia diasuh dengan cara yang tidak tepat (yang prinsip ya, bukan sekadar anaknya suka makan cokelat, suka manjat-manjat, dsb), kita memang harus menasihati orang tuanya. Kalaupun nasihat tidak dipakai, setidaknya kita sudah menggugurkan kewajiban.

Ingat, bukan urusan makan gak makan. Bukan juga beban orang tua yang kelak dibebani orang tua. Tapi punya anak adalah tanggung jawab dunia akhirat. Kalau gak kuat, jangan ambil. Kalau ambil, dikira-kira dengan kemampuan jiwa raga. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik, ya, Gengs! Aamiin.

2 comments

  1. Bagus tulisannya, mbak.

    Saya ketemunya bukan orang pingin childfree tapi yg mau cuma punya 1 anak. Dan saya ga komen ke orangnya. Takut salah, hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih. Nanti juga ybs nambah2 sendiri 😁

      Delete